Barometer Kemuliaan Seorang Muslimah
Barometer Kemuliaan Seorang Muslimah
Oleh: Ust. Jamaludin Junaedi
Mulia adalah predikat yang begitu tinggi. Ia tidak bisa diberikan kepada sembarang manusia. Predikat tersebut selayaknya tidak ditentukan oleh manusia sendiri. Pasalnya, pandangan manusia terbatas dan bisa keliru.

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kalian, Sesungguhnya Allah Mahatahu lagi Maha Mengenal (QS al-Hujurat [49]: 13).
Ketika Islam mengukur kemuliaan perempuan dari ketakwaannya, maka penampilan fisik perempuan bukanlah patokan. Apalagi kecantikan adalah bagian dari qadha’ (ketetapan) Allah SWT yang setiap manusia hanya bisa pasrah menerimanya. Jika hal ini menjadi tolok ukur, bukankah hal ini berarti Allah SWT tidak adil karena telah memberikan kecantikan pada sebagian perempuan, sementara sebagian yang lain tidak. Padahal hal itu tentu mustahil bagi Allah SWT. Rasulullah saw. menguatkan hal ini dengan sabdanya:
إِنَّ الله لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
Sesungguhnya Allah tidak memandang rupa/fisik dan harta kalian, tetapi Allah memandang hati dan amal kalian (HR Muslim).
Prinsip inilah yang menuntun para lelaki tatkala cintanya ingin berlabuh pada salah seorang dari kaum hawa, agar memperhatikan sisi keagamaan calon isteri (ketaqwaan) begitupun sebaliknya. Dalam hadits disebutkan:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ - رضى الله عنه - عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ « تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا ، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
Artinya: Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, ia bersabda: ““Wanita umumnya dinikahi karena 4 hal: hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya. Karena itu, pilihlah yang memiliki agama, engkau akan beruntung.” ( Shohih Bukhori, no.5090 dan Shohih Muslim, no.1466 )
Yang menarik dari hadits ini, secara tersirat ia menjelaskan bahwa pandangan manusia pada umumnya melihat kehormatan orang lain dari empat hal:
- Materi (Harta kekayaan)
- Fisik (ketampanan dan kecantikan)
- Keturunan
- Agama (tingkat keshalehan)
Hal ini tidak berarti bahwa tatkala memilih pasangan tidak perlu memperhatikan penampilan dan gaya, tidak berarti tidak memperhatikan kekayaan dan keturunan. Sah-sah saja, namun tidak boleh dijadikan satu-satunya tolok ukur.
Taqwa yang menjadi tolok ukur kemuliaan seorang muslim ataupun muslimah di sisi Allah Ta’ala tentu membutuhkan penjabaran yang real dalam kehidupan. Seperti apakah taqwa itu dalam kehidupan kita sehari-hari? Apa indikasi bahwa seorang muslimah itu telah sampai pada derajat ketaqwaan?
Dibawah ini adalah beberapa indikasi ketaqwaan yang dipraktekkan oleh para muslimah generasi awal. Saya akan coba paparkan agar menjadi teladan bagi kita semuanya terkhusus kaum hawa.
Pertama: Selalu menjaga kehormatan diri
Dalam sebuah hadits shahih disebutkan:
روى البخاري ومسلم عن عطاء بن أبي رباح قال : قال لي ابن عباس : ألا أريك امرأة من أهل الجنة ؟ قلت : بلى . قال : هذه المرأة السوداء ! أتت النبي صلى الله عليه وسلم فقالت : إني أصرع ، وإني أتكشف ، فادع الله لي. قال : إن شئت صبرتِ ، ولك الجنة ، وإن شئت دعوت الله أن يعافيك. قالت : أصبر. ثم قالت : فإني أتكشف ، فادع الله أن لا أتكشف ، فدعا لها.
Artinya: Dari Ata’ bin Abi rabah ia berkata: Ibnu Abbas berkata kepadaku, “Inginkah engkau aku tunjukkan seorang wanita penghuni surga?” Aku pun menjawab, “Tentu saja.” Ia berkata, ”Wanita berkulit hitam ini (orangnya). Ia telah datang menemui Nabi shallallahu’alaihi wasallam lalu berkata: “Sesungguhnya aku berpenyakit ayan (epilepsi), yang bila kambuh maka tanpa disadari auratku terbuka. Do’akanlah supaya aku sembuh.” Rasululloh shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Jika engkau kuat bersabar, engkau akan memperoleh surga. Namun jika engkau ingin, aku akan berdoa kepada Allah agar Dia menyembuhkanmu.” Maka ia berkata:”Aku akan bersabar.” Kemudian ia berkata:”Sesungguhnya aku (bila kambuh maka tanpa disadari auratku) terbuka, maka mintakanlah kepada Allah supaya auratku tidak terbuka.” Maka Beliau shallallahu ’alaihi wasallam pun mendo’akannya. (HR Al-Bukhari 5652)
Dia adalah seorang shahabiyyat bernama Su’airah al-Asadiyyah atau yang dikenal dengan Ummu Zufar radhiyallohu’anha, wanita kulit hitam dari habsyah (etiopia).
Hal yang luar biasa dalam hadits ini adalah bahwa yang menjadi pikiran bagi perempuan berkulit hitam bukanlah penampilannya yang hitam, penyakit ayannya yang bisa membuatnya jadi bahan olokkan, bukanlah dunia yang fana ini namun aurat (kehormatan) nya yang sering terbuka, sehingga Nabi SAW mendoakan dia agar tidak terbuka auratnya saat sedang ayan.
Sikap Inilah yang dinamakan dengan “al-Haya” rasa malu. Perasaan yang semestinya dimiliki oleh setiap insane terutama perempuan. Tampilan al-haya juga pernah dilakukan oleh kedua orang perempuan madyan sehingga namanya diabadikan dalam al-Quran, al-Qashash 25.
Kedua: Takut pada Allah, baik di saat ramai ataupun sunyi
Dalam Hilyatul Aulia, Abu Nuaim menceritakan kisah Umar bin Khattab dengan penjual susu:
Pada suatau malam Khalifah Umar bin Khattab melakukan ronda bersama aslam. Karena kelelahan, akhirnya ia menyandar ke dinding rumah, kebetulan rumah tersebut adalah milik penjual susu. Terdengarlah olehnya bisikan seorang ibu kepada anaknya yang sedang mewadahi susu: wahai anakku, campurkanlah air ke dalam susu itu, biar penghasilan kita bertambah.
Anak perempuan menatap ibunya: wahai bunda, apakah engkau tidak tahu sanksi yang Umar jatuhkan apabila kita mencampurkan susu dengan air?.
Anakku, Umarkan tidak akan melihat kita, campurkanlah air ke dalam susu itu. Jawab ibunya
“Wahai bunda, jika Umar tidak melihat kita maka Allah akan senantiasa melihat kita“ jawabnya tulus
Si ibupun Sungguh kecewa hatinya mendengar anaknya tak mau menuruti suruhannya.
Mendengar jawaban gadis yang jujur ini, Umar bin Khattab gembira sehingga ia bergegas pulang dan menawarkan anaknya ashim untuk menikahinya. Ashim pun setuju dengan tawaran sang ayah. Keduanya menikah dan lahirlah dari rahim wanita jujur ini seorang perempuan yang mana perempuan ini melahirkan Umar bin Abdul aziz, seorang khalifah yang terkenal kejujurannya pula.
Inilah sikap yang mahal dari seorang muslimah. Mampu jujur baik saat ramai ataupun sunyi.
Mungkin perlu renungan sejenak. Saat kita bersolek, berdandan dan berpenampilan menarik, apakah ada nilai riya, takabur yang ingin kita pertontonkan kepada lawan jenis selain suami?
Dalam sunan Ahmad dijelaskan bahwa perempuan yang senantiasa takut kepada Allah Ta’ala akan diberikan balasan surga:
وقال صلى الله عليه وسلم: أيما امرأة اتقت ربها وأحصنت فرجها وأطاعت زوجها قيل لها يوم القيامة ادخلي من أي أبواب الجنة شئت (رواه أحمد في مسنده )
Artinya: Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: Barang siapa diantara perempuan yang takut akan Rabb-nya, menjaga kemaluannya, taat suaminya maka dikatakan kepadanya di hari kiamat: masuklah ke dalam surge, dari pintu mana saja yang engkau kehendaki.
Ketiga: Sabar dan tegar dalam ujian hidup
“Ada uang, abang ku sayang. Tiada uang abang kutendang” pepatah ini tidaklah pantas diamini oleh seorang muslimah. Harta adalah ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Anak hanyalah sebagai titipan dari Allah Ta’ala. Suami hanyalah pilihan takdir Allah.
Dalam sebuah hadits disebutkan:
عَنْ أَنَسٍ قَالَ مَاتَ ابْنٌ لأَبِى طَلْحَةَ مِنْ أُمِّ سُلَيْمٍ فَقَالَتْ لأَهْلِهَا لاَ تُحَدِّثُوا أَبَا طَلْحَةَ بِابْنِهِ حَتَّى أَكُونَ أَنَا أُحَدِّثُهُ – قَالَ – فَجَاءَ فَقَرَّبَتْ إِلَيْهِ عَشَاءً فَأَكَلَ وَشَرِبَ – فَقَالَ – ثُمَّ تَصَنَّعَتْ لَهُ أَحْسَنَ مَا كَانَ تَصَنَّعُ قَبْلَ ذَلِكَ فَوَقَعَ بِهَا فَلَمَّا رَأَتْ أَنَّهُ قَدْ شَبِعَ وَأَصَابَ مِنْهَا قَالَتْ يَا أَبَا طَلْحَةَ أَرَأَيْتَ لَوْ أَنَّ قَوْمًا أَعَارُوا عَارِيَتَهُمْ أَهْلَ بَيْتٍ فَطَلَبُوا عَارِيَتَهُمْ أَلَهُمْ أَنْ يَمْنَعُوهُمْ قَالَ لاَ. قَالَتْ فَاحْتَسِبِ ابْنَكَ. قَالَ فَغَضِبَ وَقَالَ تَرَكْتِنِى حَتَّى تَلَطَّخْتُ ثُمَّ أَخْبَرْتِنِى بِابْنِى. فَانْطَلَقَ حَتَّى أَتَى رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَخْبَرَهُ بِمَا كَانَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « بَارَكَ اللَّهُ لَكُمَا فِى غَابِرِ لَيْلَتِكُمَا ». قَالَ فَحَمَلَتْ
Dari Anas, ia berkata telah meninggal dunia putera Abu Tholhah dari istrinya Ummu Sulaim. Ummu Sulaim berkata pada keluarganya, “Jangan beritahu Abu Tholhah tentang anaknya sampai aku yang memberitahukan padanya.” Diceritakan bahwa ketika Abu Tholhah pulang, istrinya Ummu Sulaim kemudian menawarkan padanya makan malam. Suaminya pun menyantap dan meminumnya. Kemudian Ummu Sulaim berdandan cantik yang belum pernah ia berdandan secantik itu. Suaminya pun menyetubuhi Ummu Sulaim. Ketika Ummu Sulaim melihat suaminya telah puas dan telah berhubungan dengan dirinya, ia pun berkata, “Bagaimana pendapatmu jika ada suatu kaum meminjamkan benda kepada salah satu keluarga, lalu mereka meminta kembali pinjamannya. apakah keluarga tersebut berhak untuk menolak permintaannya?” Abu Tholhah menjawab, “Tentu tidak.” Ummu Sulaim, “ikhlaskanlah kematian puteramu.” Abu Tholhah lalu marah kemudian berkata, “Engkau biarkan aku hinggga aku junub, lalu engkau beritahu tentang kematian anakku?” Abu Tholhah pun bergegas menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menceritakan apa yang tengah terjadi pada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mendo’akan, “Semoga Allah memberkahi kalian berdua pada malam itu.” Akhirnya, Ummu Sulaim pun hamil lagi. (HR. Muslim no. 2144).
Dalam sebuah keterangan disebutkan bahwa setelah itu ummu sulaim dan abu talhah dikaruniai 9 orang anak dan semuanya hafal al-quran.
Keempat: Ridha dengan pilihan Allah
Diantara hal yang harus kita ridhai adalah pasangan hidup yang telah Allah pilihkan untuk kita.
Janganlah pernah membandingkan pasangan kita dengan yang lain, jangan pernah bandingkan dengan lelaki yang lain, jangan pernah bandingkan dengan wanita yang lain, jadikanlah dalam hati kita bahwa pasangan yang Allah pilihkan adalah orang yang kita jadikan paling kita cintai.
Baru saja usai perang dalam sebuah hadits shahihnya, Nabi saat itu duduk bersama para shahabat. Nabi didatangi oleh shahabat yang bernama 'Abdullah bin 'Amr bin 'Ash, anak dari 'Amr bin 'Ash. Beliau bertanya "Yaa Rasulallah, man ahabbun naasi ilaik?". Siapakah orang yang engkau cintai? (bayangkan) Nabi baru saja usai perang, duduk bersama para shahabat pria, ditanya orang yang paling beliau cintai, siapa yang beliau bilang? "Khadijah" jawabnya.
Kemudian shahabat ini bertanya "Yaa Rasulallah, bukan dari yang sudah meninggal yang aku tanya". Kata Rasulullah kemudian "Kalau begitu 'Aisyah", sebenarnya shahabat ini ingin agar dirinya disebut, termasuk orang yang dicintai. Maka kemudian didesak lagi, "Yaa Rasulallah, bukan dari kalangan wanita yang aku tanyakan". Kata Rasulullah "Idzan, Abu Bakr". Kalau begitu bapaknya ('Aisyah), Abu Bakar. Maka kemudian shahabat ini terdiam.
Jadi yang kita ambil pelajaran adalah, Rasulullah duduk bersama shahabat pria, barusaja usai perang, ditanya orang yang beliau cintai, tanpa tedeng aling-aling, tanpa ragu beliau mengatakan "Orang yang paling saya cintai adalah istri saya".
Jadi, tidak ada istilah: “ rumput tetangga lebih hijau” yang ada adalah “hanya rumput halaman kami yang hijau”
Ini adalah beberapa indikasi ketaqwaan yang dicontohkan oleh para muslimah generasi awal. Masih banyak lagi para muslimah yang bisa kita ikuti keteladanannya. Ada Ummu Ruman, Ummu Aiman, Sumayyah, Kabsyah binti Rafi’, Maryam binti Imran, Khadijah, Fatimah, Asiah. Para wanita yang dijamin masuk syurga dengan kelebihan yang mereka miliki masing-masing. Silahkan dibaca dalam buku-buku sirah dan hadits-hadits Nabi Sallallahu Alaihi Wa Sallam.
Semoga kita mampu meneladani mereka, diberikan kekuatan oleh Allah Ta’ala untuk senantiasa istiqamah di jalan-Nya, dan mampu bertaqwa kepada-Nya di manapun kita berada.
Amin ya Rabbal Alamin. Wallahu’alam bis shawab.
Barometer Kemuliaan Seorang Muslimah
Reviewed by DD Azhar
on
12:50 PM
Rating:

No comments: